Penerapanragam hias pada bahan kayu dapat dilakukan pada bidang dua dimensi dan tiga dimensi, dengan teknik yang berbeda, yang akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda 1. Menggambar atau melukis permukaan bidangnya, hasil tekstur halus. Contoh penerapan : Gambar 1. Lukisan kayu pada sisi bangunan Gambar 2. Lukisan pada mangkok dan porong
Ragam hias pada bahan kayu adalah pola hias yang diterapkan pada media kayu dan dikerjakan dengan teknik tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, kayu merupakan bahan yang tidak asing, bahkan sering digunakan untuk pembuatan barang-barang tertentu salah satunya adalah benda kerajinan. Karena memiliki sifat yang khas, terkadang kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain. Ragam hias pada bahan kayu disebut juga dengan ornamen. Kegunaan dari ragam hias adalah untuk menambah nilai keindahan estetis dari benda atau produk yang diciptakan dari bahan kayu ragam hias pada bahan kayu dapat dilakukan dengan cara apa? Pada umumnya penciptaan ragam hias pada kayu dilakukan dengan cara melukis, mengukir, dan gabungan antara melukis dan mengukir. Meskipun ada beberapa cara lain dalam membuat ragam hias pada kayu seperti teknik menempel objek tertentu pada permukaan kayu dengan tujuan sama yaitu sebagai hiasan, namun teknik ini kurang populer di hias pada bahan kayu berfungsi untuk menambah nilai estetis sekaligus nilai ekonomis dari benda kerajinan yang diciptakan. Bahkan di beberapa daerah ragam hias juga memiliki fungsi religi sesuai kepercayaan adat suatu daerah. Ragam hias pada bahan kayu terdapat pada benda-benda seni maupun benda kerajinan seperti pada produk-produk meubel, meja, kursi, almari, dan Ragam Hias pada Bahan Kayu Pengertian ragam hias pada kayu adalah bentuk dasar hiasan yang disusun sesuai pola yang diterapkan pada kayu, fungsinya untuk menambah keindahan. Ragam hias pada kayu sering dijumpai pada bagian-bagian rumah, misalnya pintu, jendela, bagian tiang rumah, dan bagian-bagian rumah lainnya. Selain digunakan sebagai bagian dari keindahan rumah, pada umumnya ragam hias juga berfungsi sebagai penolak bala atau penghormatan kepada roh ragam hias sangat beraneka ragam, bahkan setiap daerah di Indonesia memiliki pola ragam hias yang menjadi ciri khas daerahnya. Penciptaan ragam hias pada umumnya terinspirasi dari keanekaragaman hayati yang terdapat di setiap daerah tersebut. Jenis-jenis ragam hias yang sudah banyak dikenal masyarakat antara lain ragam hias flora motif hias yang dikembangkan dari objek flora/ tumbuhan, ragam hias fauna motif hias yang dikembangkan dari objek fauna/ hewan, ragam hias figuratif motif hias yang dikembangkan dari objek manusia, ragam hias geometris motif hias yang dikembangkan dari bentuk geometris, dan ragam hias polygonal motif hias yang dikembangkan dari bentuk polygonal.Keanekaragaman jenis motif ragam hias daerah tidak hanya diterapkan pada produk kerajinan berbahan kayu, namun juga diterapkan pada beberapa produk kerajinan berbahan lainnya, seperti kerajinan tradisional berbahan kain, kulit, logam, keramik, kaca, dan batu alam. Penerapan ragam hias pada berbagai bahan ini memerlukan teknik dan cara yang berbeda tergantung bahan yang digunakan. Sebagai contoh misalnya, ragam hias pada bahan kayu yang sifatnya kaku memerlukan teknik yang berbeda dengan penerapan ragam hias pada bahan tekstil yang sifatnya merupakan hasil sumberdaya alam yang keberadaannya cukup melimpah di sekitar kita. Oleh karena itu berbagai macam peralatan dan benda-benda kebutuhan masyarakat menggunakan kayu sebagai bahan pembuatannya. Terdapat beberapa jenis kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan benda kebutuhan kayu tersebut antara lain seperti kayu keras yang sering dimanfaatkan sebagai konstruksi bangunan maupun bahan pembuatan benda kerajinan dengan kualitas bahan yang bagus, seperti kayu jati, kayu sonokeling, kayu ulin/ kayu besi, kayu merbau, kayu meranti, kayu eboni, dll. Ada pula jenis kayu lunak yang sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerajinan maupun bahan bangunan di dalam ruangan yang memiliki kualitas ketahanan yang rendah seperti kayu sengon, kayu mahoni, kayu cemara, dan Ragam Hias pada Bahan KayuPenerapan ragam hias pada kayu umumnya terdapat di atas permukaan kayu berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Banyak perabotan dari kayu dan bagian bangunan yang diberi sentuhan ragam hias dengan tujuan untuk menambah nilai keindahan dan juga mengandung makna simbolis. Hal ini banyak dilakukan oleh masyarakat adat tradisional sebagai bentuk budaya yang dilakukan secara turun ragam hias pada bahan kayu terdapat pada benda-benda kerajinan tradisional antara lain seperti topeng kayu, tameng/ perisai kayu, bagian rumah adat tradisional, perabotan rumah tangga, hiasan dinding, dan contoh penerapan ragam hias pada kayu 1. Contoh Ragam Hias pada Kerajinan Topeng Kayu 2. Contoh Ragam Hias pada Tameng/Perisai 3. Contoh Ragam Hias pada Rumah Adat 4. Perabot Rumah tangga 5. Hiasan Dinding Teknik Penerapan Ragam Hias pada KayuTeknik berkarya seni dengan memberikan sentuhan ragam hias pada benda-benda produk kerajinan kayu ini sudah ada sejak zaman prasejarah dan semakin berkembang pada zaman kerajaan. Terdapat 3 teknik atau cara yang umum digunakan masyarakat dalam memberikan sentuhan ragam hias pada benda-benda kerajinan yang terbuat dari kayu. Penerapan ragam hias pada bahan kayu dilakukan dengan cara, yaitu melukis atau menggambar, mengukir dan gabungan melukis dan mengukir pada permukaan menerapkan ragam hias pada kayu dilakukan diatas permukaan kayu pada benda atau bahan kayu baik 2 dimensi maupun 3 dimensi. Pemberian ragam hias pada kayu harus dilakukan dengan menerapkan prosedur atau tahapan yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal. Memilih teknik penerapan ragam hias pada kayu yang paling tepat adalah menyesuaikan bahan atau jenis kayu yang digunakan serta tujuan pembuatan benda atau produk kerajinan yang dibuat. Misal jika ingin membuat salah satu perabotan rumah seperti meja menggunakan bahan kayu jati yang paling tepat adalah dengan teknik ukir atau gabungan teknik ukir dan lukis, bukan menggunakan teknik lukis Tiga Teknik Penerapan Ragam Hias pada Bahan Kayu?Tiga Teknik yang sering digunakan dalam menerapkan ragam hias pada bahan kayu adalah dengan cara menggambar atau melukis, mengukir, serta gabungan menggambar/melukis dan mengukir. Mengukir berarti membuat ragam hias dengan cara memahat permukaan kayu dan dibentuk seperti relief. Teknik menggambar dibuat pada permukaan benda atau barang seni yang sudah jadi. Setiap teknik yang digunakan akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda. Dengan teknik ukir menghasilkan bahan kayu yang memiliki tekstur jelas, sedangkan dengan cara dilukis menghasilkan tekstur membahas teknik penerapan ragam hias pada kayu, tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan desain ragam hias yang akan dibuat. Desain ragam hias dapat berupa ragam hias flora, fauna, geometris, figuratif, maupun polygonal. Setelah menentukan dan membuat desain atau motif ragam hias pada kertas, selanjutnya memindahkan motif tersebut ke atas permukaan kayu, hal ini sangat penting dilakukan untuk meminimalkan kesalahan dalam proses pembuatan ragam hias pada bahan kayu. Setelah proses penggambaran motif dilakukan, selanjutnya tinggal menerapkan teknik yang dipilih apakah menggunakan teknik melukis, mengukir atau gabungan Teknik Mengukir Pada Kayu Salah satu teknik penerapan ragam hias pada bahan kayu adalah teknik ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola di atas permukaan benda. Seni ukir kayu atau ukiran kayu merupakan gambar hiasan yang dibentuk dengan cara dipahat untuk mengurangi bagian kayu yang akan menimbulkan bentuk cekung dan cembung sehingga membentuk permukaan yang indah. Istilah seni ukir kayu sudah tidak asing lagi karena dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat karya ini di lingkungan rumah maupun di lingkungan karya ukir dapat kita jumpai pada rumah adat. Misalnya pada berbagai rumah adat Jawa, Batak, Melayu, Dayak, dan sebagainya. Selain itu, ukiran kayu juga terdapat pada produk perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perlengkapan lainnya. Pola ukir kayu di Indonesia memiliki motif yang berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat serta topografinya. a. Alat untuk Mengukir Terdapat beberapa jenis alat untuk mengukir, antara lain yaitu;1. Pahat Ada dua jenis mata pahat, yaitu mata pahat mendatar dan mata pahat melengkung. Dalam menggunakan pahat ini harus disesuaikan dengan bentuk ragam hias yang akan diukir. Terdapat empat jenis pahat yang dikenal dalam teknik ukir, yaitu sebagai berikut a Pahat Kuku pengukuPahat kuku memiliki mata pahat berbentuk lengkung seperti kuku manusia, digunakan pada bagian-bagian yang lengkung atau melingkar. Gunanya untuk membentuk cembung, cekung, ikal, dan pecahan aris maupun pecahan cawen. b Pahat lurus pahat penyilat Pahat ini berbentuk lurus, digunakan untuk mengerjakan bagian yang lurus atau rata. Pahat penyilat juga dapat dipakai untuk membuat dasaran dan siku-siku pada tepi ukiran. c Pahat lengkung setengah lingkaran pahat kol Mata pahat kol berbentuk melengkung belahan setengah lingkaran. Gunanya untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak dapat dikerjakan dangan pahat kuku. d Pahat miring pahat pengot Mata pahat ini berbentuk miring dan meruncing serta tajam sebelah. Gunanya untuk membersihkan sudut sela-sela ukiran dan meraut bagian-bagian yang diperlukan. 2. Pemukul/gandenGanden atau alat pemukul yang digunakan dalam kegiatan mengukir biasanya terbuat dari kayu, meskipun ada juga yang menggunakan palu besi dan batu. b. Tahapan Mengukir Kayu 1. Mempersiapkan alat dah bahan 2. Menggambar pola/rancangan 3. Nggetaki, proses memindahkan motif/garis ke benda kerja 4. Ndasari, proses mencongkel bagian dasar di luar motif agar lebih dalam 5. Mbukaki, proses membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya misal untuk motif bunga 6. Mbenangi, proses membentuk benangan/garis pada motif batang, daun, dan bunga 7. Cawen, bentuk garis pada lekukan daun dan bunga 8. Mbabari, merapikan/membersihkan bagian ukiran yang belum sempurna 9. Finishing, menghaluskan tekstur dengan amplas dan memberikan pelapis vernis 2. Teknik Melukis/menggambar Ragam Hias Pada KayuTeknik menggambar ragam hias kayu dengan cara melukis adalah penerapan ragam hias pada benda seni/ produk kerajinan berbahan kayu dengan cara menorehkan hiasan/ ragam hias pada bidang produk kerajinan tersebut dengan cara dilukis menggunakan cat atau vernis. Selain teknik ukir, penerapan ragam hias kayu juga dapat diterapkan dengan cara melukis/ menggambar pada bidang kayu. Pada dasarnya kayu dapat diberi warna dengan berbagai macam cat, seperti cat minyak atau cat akrilik. Oleh karena itu, produk kerajinan dari bahan kayu juga dapat diberi hiasan ragam hias dengan teknik melukis. Berikut contoh penerapan ragam hias dengan teknik melukis pada produk bahan kayu yang dapat dijadikan sebagai bahan latihan dalam membuat ragam hias pada bahan kayu. Penerapan Ragam Hias pada Bahan Kayu dengan cara Melukis TelenanSalah satu seni kerajinan kayu yang dapat dijadikan sebagai media adalah talenan. Karena bentuk serta ukurannya tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar, serta memiliki permukaan yang halus sehingga memudahkan untuk menghasilkan ketika proses dan bahan yang dibutuhkan antara laina. Cat acrilic, cat poster, cat tembok+pigmen warna, atau cat lainnya yang bersifat tebal/ Kuas dan paletc. Pensil, kertas untuk membuat rancangan/ desaind. Telenan dari bahan kayuLangkah-langkah melukis/menggambar di atas talenan a. Menyiapkan bahan dan alat melukis cat akrilik/cat tembok, kuas, dan palet b. Menyiapkan bahan kayu c. Membuat rancangan gambar ragam hias pada kertas d. Memindahkan gambar rancangan pada permukaan bahan kayu e. Pewarnaan menggunakan cat untuk menyelesaikan gambar ragam hias f. Finishing, memberikan lapisan vernis atau cat transparan pada permukaan kayuBerikut ini video penerapan ragam hias pada bahan kayu dengan cara melukis telenan yang dapat kalian jadikan sebagai referensi dalam berkarya ragam hias pada bahan kayu. 3. Gabungan Antara Mengukir dan Melukis Penerapan ragam hias dengan teknik gabungan antara mengukir dan melukis dilakukan dengan cara menggabungkan kedua teknik tersebut. Artinya cara penerapan ragam hias pada bahan kayu dilakukan dengan cara mengukir kayu terlebih dahulu selanjutnya memberikan warna dengan cara dilukis pada hasil ukiran tersebut. Teknik ini sering diterapkan dalam pembuatan benda-benda seni tradisional yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomis yang tinggi seperti pada teknik pembuatan rancak gamelan, bangunan rumah adat tradisional daerah, pembuatan meubel seperti meja, kursi, almari dan Penerapan Ragam Hias pada Bahan Kayu Dengan menerapkan ragam hias pada bahan kayu terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh baik bagi konsumen/ orang yang melihat sebagai penikmat karya seni karajinan tersebut maupun bagi pembuatnya. Adanya ragam hias pada sebuah karya kerajinan maupun karya seni dari bahan kayu dapat memberikan nilai yang positif bagi perkembangan seni dan budaya yang ada di masyarakat. Berikut ini beberapa manfaat penerapan ragam hias pada bahan keindahan. Artinya dengan adanya ragam hias akan menjadikan karya yang terbuat dari bahan kayu semakin indah dan nilai ekonomis. Artinya dengan memberikan ragam hias pada produk kerajinan atau karya seni dari bahan kayu menjadikan karya tersebut semakin bernilai ekonomis tinggi. Semakin rumit dan panjang proses pembuatan ragam hiasnya akan semakin mahal simbolisasi nilai-nilai kebudayaan dalam sebuah masyarakat. Artinya ragam hias yang terdapat pada sebuah benda memiliki arti atau makna tertentu sesuai kepercayaan masyarakat jugaDemikian ulasan tentang "Penerapan Ragam Hias pada Bahan Kayu Beserta Contohnya" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel ragam hias menarik lainnya hanya di situs Karyaseni rupa merupakan hasil dari suatu pengaturan atau penyusunan yang dibuat secara sadar atau disengaja. Yang disusun ialah unsur-unsur seni, sedang untuk mengatur diperlukan Ragam Hias dan Teknik Berkarya Dengan Bahan Baku Kayu RAGAM HIAS Pada artikel sebelumnya, diterangkan bahwa ragam hias disusun dari sekumpulan pola hias, sedangkan pola hias disusun dari sekumpulan motif hias. Artinya, Anda dapat menciptakan pola hias pada media kayu baik berbentuk dua maupun tiga dimensi sehingga pada praktiknya nanti, kalian dapat menggambar, menempel, atau mengukir ragam hias. Jenis-jenis ragam hias yang dapat dijadikan rujukan adalah ragam hias berdasarkan kaidah penyusunannya, misalnya motif geometris, motif binatang, motif tumbuhan, dan motif benda alam lainnya. Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen. Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Contoh di atas merupakan salah satu penerapan ragam hias pada bahan kayu. Pada perkembangannya, motif ini juga dapat dikembangkan pada benda atau barang-barang kerajinan daerah, seperti contoh gambar berikut. TEKNIK BERKARYA Alam Nusantara yang diberkahi dengan hutan tropisnya yang kaya menjadikan bahan baku untuk kerajinan kayu relatif mudah didapat. Teknik berkarya menggunakan kayu ini sudah dilakoni sejak zaman prasejarah dan makin berkembang dengan keunikannya pada zaman kerajaan. Teknik berkarya dengan menggunakan kayu ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggambar, menempel, dan mengukir pada permukaan kayu. Kayu memiliki karakteristik menyerap benda cair, karena itu sebelum kita menggambar, permukaan kayu terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan ampelas sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Sebaiknya setelah diampelas, dilakukan pelapisan cat dasar kemudian diampelas ulang dengan nomor ampelas yang lebih besar. Setelah mendapatkan permukaan yang halus dan padat barulah dilakukan penggambaran. Perhatikan gambar berikut ini. Teknik berkarya pada bahan kayu biasa disebut sebagai seni ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola diatas permukaan benda yang diukir. 1. Seni Ukir Kayu Seni ukir kayu atau ukiran kayu merupakan gambar hiasan yang dibentuk dengan cara dipahat untuk mengurangi bagian kayu untuk menimbulkan bentuk cekung dan cembung sehingga membentuk permukaan yang indah. Istilah seni ukir kayu sudah tidak asing lagi karena dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat karya ini di lingkungan rumah juga di lingkungan sekolah. Penerapan karya ukir dapat kita jumpai pada rumah adat. Misalnya pada berbagai rumah adat Jawa, Batak, Melayu, Dayak, dan sebagainya. Selain itu, ukiran kayu juga terdapat pada produk perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perlengkapan lainnya. Pola ukir kayu di Indonesia memiliki motif yang berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat serta topografinya. Seni ukir kayu ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat dan perwujudan nilai serta isi yang mencerminkan budaya masyarakat yang ada pada saat itu dan masih digunakan sampai sekarang. Dengan kata lain, bahwa seni ukir kayu diciptakan dan dipedomani dengan pola-pola budaya masyarakat yang bersangkutan maka hasilnya merupakan pencerminan dari budaya masyarakat pendukungnya. Merancang karya seni ukir kayu sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut. a. Nilai fungsional Karya seni ukir harus memiliki nilai fungsional atau nilai fungsi pakai. Seperti rumah adat untuk rumah tinggal atau perabot rumah berupa meja kursi ukir untuk ruang tamu, ruang makan, teras rumah, lemari ukir untuk menyimpan pakaian, lemari pajangan, dan bingkai cermin. Karya seni ukir agar kokoh harus didukung oleh konstruksi yang baik yang berhubungan pada setiap komponen. Konstruksi kekuatan fisik ukiran sebagai daya keindahan dapat dilihat pada gambar berikut. c. Keindahan estetika Nilai keindahan karya ukir kayu yang baik memiliki kaidah kaidah dalam mengapreasiasi karya di samping kerumitan juga tata letak dan irama. 2. Peralatan Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut planner, gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 3. Jenis Pahat Ukir Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung. b. Penyilat pahat lurus Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm. c. Pahat kol 1/2 bulatan Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm. d. Pangot pahat miring Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm. e. Palu gandhen Palu gandhen untuk keperluan mengukir ini terbuat dari kayu dengan berat palu antara 300 gram sampai 500 gram. Bahan untuk palu atau gandhen dipilih dari kayu yang keras dan ulet agar berat dan awet. f. Pethel Pethel adalah sejenis alat yang bentuknya seperti cangkul, tetapi berukuran kecil. Alat ini digunakan untuk meratakan permukaan kayu atau untuk menguliti kulit kayu. TAHAPAN MENGUKIR KAYU Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut. 1. Ngethaki memahat garis-garis ukiran Memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya. 2. Dasar Membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar. Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu. Melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu mbukaki dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran. Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan. Untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya. Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah. Proses ini dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah. Finishing penyelesaian akhir Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur. Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur. Ternyatacara mengecat perabotan kayu sangat mudah. Tidak membutuhkan profesional dan mengeluarkan biaya yang banyak hanya untuk mengecat. Aplikasi yang paling banyak dicari oleh banyak orang ini hanya memanfaatkan pilox untuk finishing. Ya cara mengecat kayu dengan pilox adalah cara yang sangat mudah dan bisa digunakan siapa saja. Bahan cat yaitu pilox juga dapat ditemukan [] Ragam Hias dan Teknik Bekarya Dengan Bahan Baku Kayu RAGAM HIAS Pada artikel sebelumnya, diterangkan bahwa ragam hias disusun dari sekumpulan pola hias, sedangkan pola hias disusun dari sekumpulan motif hias. Artinya, Anda dapat menciptakan pola hias pada media kayu baik berbentuk dua maupun tiga dimensi sehingga pada praktiknya nanti, kalian dapat menggambar, menempel, atau mengukir ragam hias. Jenis-jenis ragam hias yang dapat dijadikan rujukan adalah ragam hias berdasarkan kaidah penyusunannya, misalnya motif geometris, motif binatang, motif tumbuhan, dan motif benda alam lainnya. Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen. Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Contoh di atas merupakan salah satu penerapan ragam hias pada bahan kayu. Pada perkembangannya, motif ini juga dapat dikembangkan pada benda atau barang-barang kerajinan daerah, seperti contoh gambar berikut. TEKNIK BERKARYA Alam Nusantara yang diberkahi dengan hutan tropisnya yang kaya menjadikan bahan baku untuk kerajinan kayu relatif mudah didapat. Teknik berkarya menggunakan kayu ini sudah dilakoni sejak zaman prasejarah dan makin berkembang dengan keunikannya pada zaman kerajaan. Teknik berkarya dengan menggunakan kayu ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggambar, menempel, dan mengukir pada permukaan kayu. Kayu memiliki karakteristik menyerap benda cair, karena itu sebelum kita menggambar, permukaan kayu terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan ampelas sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Sebaiknya setelah diampelas, dilakukan pelapisan cat dasar kemudian diampelas ulang dengan nomor ampelas yang lebih besar. Setelah mendapatkan permukaan yang halus dan padat barulah dilakukan penggambaran. Perhatikan gambar berikut ini. Teknik berkarya pada bahan kayu biasa disebut sebagai seni ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola diatas permukaan benda yang diukir. 1. Seni Ukir Kayu Seni ukir kayu atau ukiran kayu merupakan gambar hiasan yang dibentuk dengan cara dipahat untuk mengurangi bagian kayu untuk menimbulkan bentuk cekung dan cembung sehingga membentuk permukaan yang indah. Istilah seni ukir kayu sudah tidak asing lagi karena dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat karya ini di lingkungan rumah juga di lingkungan sekolah. Penerapan karya ukir dapat kita jumpai pada rumah adat. Misalnya pada berbagai rumah adat Jawa, Batak, Melayu, Dayak, dan sebagainya. Selain itu, ukiran kayu juga terdapat pada produk perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perlengkapan lainnya. Pola ukir kayu di Indonesia memiliki motif yang berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat serta topografinya. Seni ukir kayu ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat dan perwujudan nilai serta isi yang mencerminkan budaya masyarakat yang ada pada saat itu dan masih digunakan sampai sekarang. Dengan kata lain, bahwa seni ukir kayu diciptakan dan dipedomani dengan pola-pola budaya masyarakat yang bersangkutan maka hasilnya merupakan pencerminan dari budaya masyarakat pendukungnya. Merancang karya seni ukir kayu sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut. a. Nilai fungsional Karya seni ukir harus memiliki nilai fungsional atau nilai fungsi pakai. Seperti rumah adat untuk rumah tinggal atau perabot rumah berupa meja kursi ukir untuk ruang tamu, ruang makan, teras rumah, lemari ukir untuk menyimpan pakaian, lemari pajangan, dan bingkai cermin. b. Konstruktif Karya seni ukir agar kokoh harus didukung oleh konstruksi yang baik yang berhubungan pada setiap komponen. Konstruksi kekuatan fisik ukiran sebagai daya keindahan dapat dilihat pada gambar berikut. c. Keindahan estetika Nilai keindahan karya ukir kayu yang baik memiliki kaidah kaidah dalam mengapreasiasi karya di samping kerumitan juga tata letak dan irama. 2. Peralatan Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut planner, gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 3. Jenis Pahat Ukir a. Penguku pahat kuku Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung. b. Penyilat pahat lurus Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm. c. Pahat kol 1/2 bulatan Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm. d. Pangot pahat miring Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm. e. Palu gandhen Palu gandhen untuk keperluan mengukir ini terbuat dari kayu dengan berat palu antara 300 gram sampai 500 gram. Bahan untuk palu atau gandhen dipilih dari kayu yang keras dan ulet agar berat dan awet. f. Pethel Pethel adalah sejenis alat yang bentuknya seperti cangkul, tetapi berukuran kecil. Alat ini digunakan untuk meratakan permukaan kayu atau untuk menguliti kulit kayu. TAHAPAN MENGUKIR KAYU Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut. 1. Ngethaki memahat garis-garis ukiran Memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya. 2. Dasari Membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar. 3. Membuka permukaan kayu mbukaki Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu. 4. Nggrabahi Melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu mbukaki dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran. 5. Menghaluskan dan menyempurnakan Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan. 6. Matuti Untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya. 7. Mbenangi Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah. 8. Mecahi Proses ini dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah. Finishing penyelesaian akhir Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur. Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur.